Senin, 12 September 2011

pertumbuhan pohon dan kwalitas kayu "perbandingan jarak tanam dan dampaknya"


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Deskripsin umum
Setiap spesies memiliki persyaratan tempat tumbuh yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi. Dalam pertumbuhan tanaman, sering terjadi keragaman dalam satu jenis pohon yang disebabkan oleh  perbedaan lingkungan (environmental variation). Keragaman tersebut dapat berupa keragaman geografis (provenans), dan keragaman lokal antar tempat tumbuh.
Faktor-faktor fisiografis merupakan keadaan yang secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan melalui efeknya terhadap faktor-faktor yang berpengaruh langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain ketinggian tempat (altitude) kemiringan lereng (slope) dan arah mengahadap lereng (aspek). Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim antara lain suhu udara dan kelembaban. Kemiringan lereng sangat mempengaruhi kualitas tempat tumbuh. Pengaruh arah lereng terhadap tempat tumbuh berkaitan dengan intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan. Pada umumnya arah lereng menghadap Utara dan Timur cenderung memberikan kualitas tempat tumbuh yang lebih baik dibanding lereng yang menghadap ke Selatan dan Barat.
Tanah adalah tempat pohon-pohon tumbuh mempertahankan diri dengan menggunakan perakarannya untuk berpijak dan mengambil air serta zat makanan dalam tanah. Penyusun tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti air tanah, unsur hara, bahan organik, organisme hidup dan udara dalam tanah.
Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kesuburan tanah akan berpengaruh terhadap tipe vegetasi yang terbentuk serta berpengaruh terhadap keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu faktor pembatas alam yang memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan, struktur, dan komposisi vegetasi, sehingga akan berpengaruh terhadap tipe hutannya.
Sifat fisik tanah diyakini oleh para ahli lebih penting pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tegakan hutan dibanding sifat kimia dan biologisnya. Ketebalan horizon A memiliki hubungan dengan ruang bagi pertumbuhan akar. Permeabilitas dapat digunakan sebagai petunjuk bagi besar kecilnya ruang tumbuh tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi sifat tanah yang lain seperti struktur, porositas, kapasitas memegang air (water holding capacity), kerapatan lindak (bulk density), dan lain-lain.

B.   Deskripsi bahan
Pulai (Alstonia spp.) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Jenis ini termasuk indigenous species dan cepat tumbuh (fast growing species), serta mempunyai sebaran hampir di seluruh wilayah Indonesia (Soerianegara dan Lemmens, 1994). Pulai sangat prospektif untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman karena kegunaan kayu pulai cukup banyak dan saat ini permintaannya cukup tinggi. Kegunaan kayu pulai antara lain untuk pembuatan peti, korek api, hak sepatu, kerajinan seperti wayang golek dan topeng, cetakan beton, pensil slate, dan pulp (Samingan, 1980 dan Martawijaya et al., 1981). Beberapa industri yang menggunakan bahan baku kayu pulai adalah industri pensil slate di Sumatera Selatan, industri kerajinan topeng di Yogyakarta, dan industri kerajinan ukiran di Bali.
Sampai saat ini di Indonesia pulai belum banyak ditanam dalam skala luas. Di
luar Jawa, masyarakat pada umumnya belum melakukan budidaya pulai karena pohon ini masih mudah diperoleh di hutan belukar (Wawo, 1996 dalam Pratiwi, 2000). Namun demikian, di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan hingga 2003 telah dikembangkan hutan rakyat pulai seluas + 6.100 ha yang dibangun oleh PT. Xylo Indah Pratama (XIP) untuk mensuplai kebutuhan bahan baku pensil slate. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pulai memiliki pertumbuhan yang sangat unik. Sangat sedikit sekali literatur yang membahas pola pertumbuhan dan perkembangan pulai, oleh karena itu, studi mengenai pola pertumbuhan dan perkembangan pulai di PT. XIP sangat diperlukan sebagai bahan evaluasi pola pertumbuhan yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan hutan tanaman pulai di masa mendatang.
Tectona grandis Linn. Merupakan alah satu contoh species dari family Verbenaceae, yang banyak tersebar di daerah hutan yang berisi pohon-pohon berkayu. Maka tidaklah heran banyak terdengar mengenai hutan jati.
Pada batang muda, kebanyakan berbentuk segi empat atau pun segi bersudut banyak. Pada Tectona grandis  terdapat lapisan epidermis yang selanjutnya berkembang menjadi hypodermis yang merupakan penebalan epidermis oleh sel gabus. Pada lapisan korteks, kebanyakan tersusun atas sel-sel kolenkim dan juga termasuk sel batu di dalamnya.sel-sel tersebut berfungsi sebagai sel-sel penyokong dari pertumbuhan batang. Lapisan selanjutnya yang terdapat pada batang adalah lapisan endodermis, dengan terdapat pita Casparian.
Perisikel pada umumnya tersusun dari sel-sel skerenkim. Selanjutnya mengenai jaringan pengangkut, terdiri dari xylem dan phloem. Dimana pada batang pohon jati xylem berkembang, atau membelah kea rah dalam dan ke arah luar, sehingga membentuk seperti suatu lingkaran yang dikenal sebagai lingkaran tahun. Dari pembelahan sel xylem tersebut, dapat ditentukan umur tahun, karena pembelahannya itu tergantung dari musim yang dialami.
Gambar di samping merupakan gambar penampang lapisan-lapisan jaringan kayu muda pada Tectona grandis Linn.



angka bentuk "ilmu ukur kayu kehutanan"


ANGKA BENTUK BATANG
Sebelum menentukan angka bentuk dari suatu pohon kita terlebih dahulu harus mengetahui diameter, tinggi, luas bidang dasar dan yang lainnya atau sering disebut juga dengan para meter pohon. Angka Bentuk Batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau panjang sama.
Angka bentuk digunakan untuk menentukan volume pohon dengan pendekatan rumus volume silinder terkoreksi dengan rumus :

V = ¼ . π . d2 . h . f

Sedangkan rumus untuk menghitung angka bentuk yaitu :

f =   =
Nilainya: 0 < f < 1
Angka bentuk f diperoleh dengan membandingkan volume nyata batang pohon dengan volume silindris yang dihitung berdasarkan dari daimeter tertentu. Apabial diameter yang digunakan untuk menghitung volume silindris tersebut adalh diameter pangkal (Do) maka bilangan bentuk diperoleh Fo disebut sebagai bilangan bentuk tulen (Simon, 1987).
Diameter pangkal batang tidak lazim diukur dan baisa diukur dengan menggunakan dbh. Oleh karena itu angka bentuk murni atau tulen, rumus yang dapat dituliskan
Fo= V pohon/Volume silindris (Do)
Fb= V pohon/Volume silindris (Dbh)
Angka bentuk dapat bervariasi karena:
      Jenis pohon dan pengaruh genetic
      Umur pohon
      Ukuran tajuk pohon
      Faktor tempat tumbuh (khususnya pengaruh angin)Berdasarkan diameter yang digunakan
Untuk nmenghitung volume silindernya, angka bentuk dibedakan atas :


(1)   Angka bentuk mutlak
Angka bentuk mutlak (absolute form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal batang.
Rumus :
f =  =
Keterangan :
Vt = Volume silinder batang
ggl = bidang dasar pada pangkal pohon
ht = tinggi pohon silinder
(2)   Angka bentuk buatan
Angka bentuk buatan (artificial form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan dbh.
Rumus :
f =  =
Keterangan :
Vt = Volume silinder batang
gbh =  bidang dasar pada diameter setinggi dada
ht = tinggi pohon silinder
(3)   Angka bentuk normal
Angka bentuk normal (true form factor/hohenadl form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon.
Rumus :
f =  =
Keterangan :
Vt = Volume silinder batang
g0,1 = bidang dasar pada ketinggian sepersepuluh dari tinggi total pohon
ht = tinggi pohon silinder


(4)   Angka bentuk umum
Perbandingan antara volume komersial (Vm), yakni volume kayu tebal atau bebas cabang, dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pd diameter setinggi dada (dbh).


Rumus :
f =  =
Keterangan :
Vm = volume kayu tebal atau bebas cabang
gbh =  bidang dasar pd diameter setinggi dada
ht = tinggi pohon silinder
Oleh karena dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon, maka angka bentuk yang sering digunakanpun adalah angka bentuk buatan. Pohon rebah digunakan istilah panjang pohon.
Dalam kenyataannya tidak ada pohon yang memiliki bentuk geometris sempurna seperti frustum-frustum tersebut. Oleh karena itu, bentuk batang harus dipergunakan bentuk koreksi dalam menentukan volume. Untuk menerangkan bentuk batang dapat digunakan : angka bentuk, kusen bentuk, dan fungsi taper.
Angka bentuk dapat bervariasi karena jenis pohon dan faktor genetik, umur, ukuran tajuk, dan faktor tempat tumbuh ( khususnya pengaruh angin ) Bentuk pohon berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai ketinggian maka secara umum ada tiga bentuk batang yaitu:
1.      Pada pangkal (neloid)
Rumus :
V= πL/20 (D2+D3/2d1/2+Dd+D3/2+d2)
2.      Pada bagian tengah (bentuk silindris atau parabolid)
Rums :
V= πL/20 (D2+d2)
3.      Pada ujung pohon (konus)
Rums :
V= πL/20 (D2+Dd+d2)
Keterangan :
V = volume batang
L = Panjang batang
D = Diameter batang bagian pangkal
d = diameter batang bagian ujung
Karena bentuk batang yang berbeda-beda , maka volume tiap pohon dapat ditafsir atau dihitung dengan rumus berbeda-beda pula.
Perkembangan diameter pohon juga terdapat koreksi yang kuat antara diameter pohon. Pada ketinggian tertentu dengan berat material yang harus didukung oleh diameter tersebut. Yaitu berat material diatasnya. Masalah bentuk pohon ini akan berlanjut kedalam satu teori tentang faktor bentuk dan koesien diameter batang karena adanya bentuk batang selalu berkaitan dengan pembahasan diameter karenaq adanya perubahan tinggi pengukuran.
Bentuk silindris adalah bagian pohon yang mempunyai diameter yang sama antara bagian pangkal dengan ujung lebih kecil dengan perubahan yang melengkung kearah dasar.
Penampang melintang suatu batang pada umumnya tidak teraturseperti pada bentuk lingkaran. Dibagian pangkal pohon, bentuk penampang lintang tersebut bahkan sangat jauh berbeda dengan bentuk lingkaran. Ketidakteraturan bentuk batang dipangkal pohon ini disebabkan karena pengaruh arah angin yang tetap dan lereng. Adapula penelitian berpendapat bahwa bentuk batang menyerupai elips tersebut ada kaitannya dengan bidang maknetik bumi. Banayk pohon-pohon tropis yang memiliki akar banir atau akar papan, yang membuat penampang lintang pohon sama sekali tidak menyerupai lingkaran atau elips (Herwiyono, 2000).
Bentuk paenampang lintang bagian pangkal pohon yang cenderng eksentik itu maka dalam pengukuran diameter diambil pada setinggi dada, tidak lebih rendah dari itu. Bahkan untuk pohon-pohon berbanir, yang tingginya sering mencapai 2 meter atau lebih, pengukuran diameter harus dilakukan pada 20-25 cm diatas ujung banir. Untuk pohon-pohon yang tidak berbanir ternyata ada korelasi yang kuat antar diameter setinggi dada dengan volume batang ternyata ada kelemahan (Dephut, 1998).





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Yang Dimaksud Dengan Angka Bentuk Pohon. Diakses pada  http://vansaka.blogspot.com/2010/03/yang-dimaksud-dengan-angka-bentuk-pada-pohon.html tanggal 11 Mei 2011.
Anonim. 2010. Angka Bentuk. Diakses pada http://juliusthh07.blogspot.com/2010/02/angka-bentuk.html tanggal 11 Mei 2011.
Anonim. 2010. Pengkuran Bentuk Batang. Diakses pada http://members.multimania.co.uk/nidhum/Pengukuran-Bentuk-Batang.pdf   tanggal 11 Mei 2011.